Sunday, January 29, 2012

Syeikh Abdul Qadir al-Jilany (part 1)

Mengikuti Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany
Hari Ahad tanggal 9 Dzul Qa'idah tahun 555 H. dipesantrennya.

Sudahkah Engkau Pasrahkan Jiwamu Pada Allah?

          Orang beriman itu meraih bekal, sedangkan orang kafir itu menikmati. Orang beriman meraih bekal, karena itu dia berada diperjalanan, lalu menerima sedikit saja dari hartanya, dengan lebih mengedepankan  pada akhirat yang lebih besar. Ia membirkan dirinya dengan sekedar bekal seorang penempuh perjalanan, karena semua hartanya untuk akhirat. Hati dan cintanya di akhirat sana.
         Hatinya memutuskan untuk menetap diakhirat, bukan menetap di dunia dan penghuninya. Kalau ia dapat makan yang baik, ia prioritaskan makanan itu untuk orang fakir, karena ia tahu bahwa di akhirat ada makanan lebih baik dari itu semua. Tujuan utama orang beriman yang 'arif dan 'alim adalah mendekati Pintu Allah Azza wa-Jallah.
           Dengan hatinya ia ingin mendekati-Nya didunia sebelum sampai di akhirat. Mendekati dengan hatinya adalah tujuan perjelanannya.
           Aku melihat anda ketika berdiri, ruku', sujud, bangun malam, berpayah-payah, sementara hatimu terus menerus tidak pernah meninggalkan tempat, tidak keluar dari rumah WujudNya, dan tidak bergerak dari tradisiNya. Carilah Tuhanmu dengan cara yang benar, karena bukan bersusah payah itu yang disebut dengan cara yang benar. Lubangi dirimua dengan alat pelubang kebenaranmu. Buanglah tali pengikatmu dengan makhluk dengan tali keikhlasan dan tauhidmu untuk meraih segalanya degan tangan zuhudmu di dalamnya. Lemparkan hatimu sampai ke pantai lautan kedekatan dengan Tuhanmu Azza wa-Jalla. Pada saat itu akan datang kepadamu kapal pertolongan yang meraihmu menuju Allah Azza wa-Jalla.
         Dunia ini adalah lautan, dan imanmu adalah kapal. Disinilah Luqman Al-Hakim ra, berkata, "Wahai anakku, dunia adalah lautan, dan iman adalah kapal, angin yang menjalankan perahunya adalah keta'atan, dan benua adalah akhirat."
          Wahai orang-orang yang terus menerus bermaksiat, dalam waktu dekat kamu akan buta, tuli, lumpuh dan miskin. Kerasnya hati para makhluk akan merampas hartamu penuh kerugian. Berfikirlah, kembalikan pada Tuhanmu Azza wa-Jalla. Jangan sampai kamu musyrik karena hartamu, dan kalian mengandalkan  hartamu itu. Renungkanlah datangnya maut. Minimalkan ambisi duniawimu, pendek dan potonglah angan-khayalanmu. Sebagaimana Abu Yazid al-Bisthamy ra, berkata, "Orang mukmin yang arif sama sekali tidak menuntut Allah, bukan tuntutan dunia, bukan pula tuntutan akhirat. Ia hanya meminta dari TuhanNya."
        Anak-anak, kembalilah pada Tuhanmu dengan hatimu. Orang yang bertobat adalah yang kembali kepada Allah Azza wa-Jalla, sebagaimana firmanNya : "Kembalilah Kepada Tuhanmu..."
      Kembalilah, maka kalian serahkan semuja kepadaNya, serahkan jiwamu, lemparkan dirimu di hadapanNya, pada Rencana, Takdir dan perintahNya, larangan dan kehendakNya. Lemparkan hatimu tanpa kata-katamu, tanpa tangan dan kakimu, tanpa mata, tanpa "bagaimana", tanpa "kenapa", tanpa kontra dan tanpa berbeda. Tetapi dengan keselarasan dan kejujuran, dengan ucapan yang benar, dengan perintah yang benar, dengan takdir yang benar, dan engkau dapatkan kehendak yang benar. Kalau kamu seperti itu, pasti hatimu akan kembali dengan musyahadah kepadaNya. Jangan bersenang dengan sesuatu, tetapi hati-hati dengan sesuatu itu, sesuatu mulai di bawah Arasy sampai bintang tsuraya. Cepatlah lari dari semua makhluk itu, sampai tak tersisa di hatimu. Beradab dengan para syeikh tidak baik kecuali pada orang yang telah berkhidmah demi keselamatan makhluk. Lihatlah perilaku mereka bersama Allah Azza wa-Jalla.
          Banyak orang yang membikin pujian dan cacian seperti hujan dan kemarau, malam dan siang, keduanya silih berganti, dipandang semuanya dari Allah Azza wa-Jalla, karena semua itu takdir Allah Azza wa-Jalla. Ketika sudah benar-benar nyata di mata mereka, mereka pun tidak menghiraukan pujian orang memuja dan tidak lari dari cacian apra pencaci. Karena hati mereka telah keluar dari kecintaan terhadap makhluk maupun kebencian mereka. Justru mereka merasa kasihan sekali dengan para makhluk itu.
             Jangan sampai kalian disesatkan oleh ilmu, yang membuat anda tersesat. Anda Sholat dan puasa demi makhluk, sampai para makhluk itu merasa tunduk padamu, menyerakan hartanya padamu, memuji anda dirumah-rumah mereka dan di majlis-majlis mereka, dan anda merasa berhasil karena makhluk-makhluk itu. Jika maut menjemputmu, siksa mendatangimu, kesusahan dan penderitaan yang menghalangi dirimu dengan mereka, padahal tak satupun  yang bisa menolong dirimu, dan harta yang kalian raih dari mereka itu dirampas orang lain, sementara siksa dan hisap menantimu, sungguh wahai mahrum, anda dapatkan semua di dunia, tapi anda dapatkan semua siksa di akhirat esok.
              Ahli ibadah adalah para wali, dan para abdal yang mukhlis sangat dekat dengan Allah Azza wa-Jalla. Para ulama yang mengamalkan ilmunya adalah pengganti Allah di bumiNya, menjadi utusanNya, mewarisi para NabiNya dan RasulNya. Bukan kalian wahai orang yang di sibukkan oleh retorika, bukan kalian yang religius-formalis sementara batin anda bodoh.
         Apa yang anda dapatkan? Islam? Islam anda tidak benar! Pada hal dasar Islam itu Shahadat. Sementara hatimu tidak bersyahadat. Kalian berucapTiada Tuhan Selain Allah, tetapi anda dusta. Di hatimu terkumpul berhala-berhala ketakutanmu pada penguasamu, lalu menjadi sesembahan hatimu yang menjubli jiwambu.
            Prinsip mengandalkan karyamu, labamu, upayamu, penghlihatanmu, pendengaranmu, penglihatanmu, pukulanmu, adalah berhala-berhala. Pandanganmu bahwa manfaat, bencana, anugrah, hambatan, kamu anggap dari makhlulk, adalah berhala-berhala. Betapa banyak orang menyebutkan semua ini  dengan ucapannya, lalu mereka memamerkan, menampakkan seakan-akan mereka ini ahli tawakkal pada Allah Azza wa-Jalla, justru dzikir mereka hanya di lisan, bukan sampai di hatinya. Mereka begitu bangga dengan stylenya, dan mereka katakan, "Nah, begini ini...inilah...bukankah kami ini muslim? besok diakhirat akan tampak jelas cacat mental mereka,  dan jelas keburukannya.
              Hai Celaka! Anda mengokohkan dalam ucapan "Tiada Tuhan....." Dengan menafikan semuanya, dan "Kecuali Allah...." sebagai penetan total padaNya, bukan selainNya. Lalu kenapa masih ada sisa waktu bagi hatimu untuk mengandalkan yang lain selain Allah Azza wa-Jalla? Anda bohong besar! Ternyata anda punya berhala yang anda andalkan? Padahal hati adealah yang beriman, yang menyatu, yang mukhlish, yang taqwa, yang wara', yang zahid, yang meyakini, yang mengenal, yang mengamalkan. Hatimulah pemimpin, yang lain hanya pasukan. Kalau kamu mengucapkan Laailaaha Illallah, haruslah hatimua dulu baru lisanmu. Pasrahkan PadaNya, gantungkan padaNya, bukan pada lainNya.
            Biarkan lahirmu sibuk dengan aturan hukum, tetapi hatimu harus bersama Allah Azza wa-Jalla. Biarkan dzohirmu menghadapi kebajikan dan kejahatan, tetapi hatimua harus sibuk bersama pencipta kebajikan dan kejahatan. Yang mengenalNya, akan sampai kepadaNya. Semua ucapan ada dihadiratNya. Tawadlu'lah padaNya dan hamba-hambaNya kesedihan, tangisan, ketakutan dan rasa hinamu, rasa malumu, penyesalanmu atas keteledoranmu karena hilangnya ma'rifat dan pengetahuan serta kedekatan denganNya. "Allah yang bertindak apa yang dikehendakiNya, tidak akan ditanya apa yang dilakukanNya, dan mereka justru yang ditanya (apa yang mereka lakukan)".
             Renungkan apa yang kurang, yang teledor, yang bodoh, yang terlempar, yang bodoh, yang terlempar, yang bakal menimpanya, dan lihatlah kemasa depan yang dihadapinya, apakah ia diterima atau ditolak oleh Allah SWT, apakah ia diberangus, apakah kelak di hari kiamat bersama orang yang beriman atau bersama orang-orang kafir. Nabi SAW saja bersabda : " Akulah yang paling ma'rifat kepada Allah, dan paling takut kepadaNya ".
            Diantara jumlah kecil para arifin, ada yang membaca apa arifin, ada yang membaca apa yang ada di Lauhul Mahfudz, lalu ia merenungkan di hatinya, dan Allah memerintahkan untuk menyembunyikannya, tidak menampakkan melalui nafsunya, dengan tetap berislam, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya, sabar atas bencana, dan Zuhud dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Sama bagi mereka antara debu dan emas, antara pujian dan cacian, antara pemberian dan halangan, antara nikmat dan derita, antara kaya dan miskin, antara ada dan tiadanya sesam makhluk. Kalau sudah sempurna semua itu Allah dibelakang mereka secara total, baru kemudian Allah memberikan stempel dengan kepemimpinan ruhani dan kewalian atas makhluk. Setiap orang yang memandangnya senantiasa meraih manfaat karena Kharisma Ilahi dan cahayaNya yang membias padanya.
              Ya Tuhan Kami, berikanlah kami di dunia kebajikan, dan di akhirat kebajikan, dan lindungilah kami dari siksa neraka.
*****

referensi : Cahaya Sufi november 2005, hal 05 s.d 11


No comments:

Post a Comment