Sunday, January 29, 2012

Syeikh Abdul Qadir al-Jilany (part 2)

Mengikuti Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany
Hari Jum'at Pagi tanggal 7 Dzul Qa'idah, 545 H.

Jangan Kau Ikuti Ulama yang Tidak Sholeh

          Hai Munafiq! Allah memberangus dirimu dari muka bumi. Apa yang masih tersisa dari kemunafikanmu? Sampai dirimu terus menerus mengumpat Ulama sholeh, para Auliya' yang sholeh? Kalian memakan daging mereka dalam pesta bersama dengan kelompok-kelompok munafikmu? padahal dalam waktu dekat dagingmu akan disantap oleh ulat-ulat, mulutmu, dan ualt-ulat itu akan mencabik-cabik dan merobek-rebekmu. Bumi akan menelanmu, menjepitmu dan menggilasmu.
          Tak ada kemenangan dan kebahagiaan bagi oran yang tidak memiliki baik sangka (husnudzon) kepada Allah Azza wa-Jalla dan kepada hamba-hambaNya yang saleh, tak ada kebahagiaan bagi mereka yang tidak tawadlu pada hamba-hambaNya itu. Kenapa anda tidak rendah hati kepada mereka? Padahal mereka adalah para pemuka ruhani dan pemimpin ummat. Apa pangkatmu wahai munafik, dibanding mereka?
          Padahal Allah Azza wa-Jalla telah mengikat jiwa pra Auliya dan Ulama saleh; dimana hujan turun dan tumbuhan ranum kerena mereka. Setiap makhluk seperti dibawah perlindungan mereka. Setiap orang dari mereka ini seperti gunung yang tak tergoyahkan oleh bencana dan guncangan musibah. Tauhid mereka dan ridhlo mereka begitu kokoh terhdap Allah, Tuahan mereka. Mereka senantiasa berjuang untuk ummat dan jiwanya.
          Bertaubatlah kepada Allah hai munafik! Mengaku salahlah kepadaNya, akuilah dosa-dosamu, antara dirimu dengan Allah, dan hinakan dirimu di hadapanNya. Sungguh! Kalau anda tahu apa yang ada padamu saat ini, anda semua pasti tidak seperti ini. Beradablah kamu di hadapnNya sebagaimana para pendahulumu beradab kepada Allah Azza wa-Jalla. Kenapa anda seperti banci? Watak, perilaku dan keberanianmu?
          Keberanian dalam agama adalah berani menegakkan kewajiban Allah Ta'ala. Janganlah kalian menghina ucapan para Ulama dan para sufi. Karena ucapan mereka adalah obat dan buah. Sekarang tak ada Nabi diantara kalian, kecuali kalian semua mengikuti para Ulama sholeh, karena dengan begitu kalian mengikuti jejak Nabi SAW, kerena merekalah yang mengikuti jejak nabi dengn sebenar-benarnya. Jika kalian mengikuti seperti mengikuti Nabi, jika kalian melihat seakan-akan melihat para nabi.
          Bergurulah kepada Ulama-ulama yang taqwa. Karena berguru kepada mereka membawa barokah. jangan berguru kepada Ulama-ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, karena berguru kepada mereka malah ruyam. Jika kamu berguru kepada orang yang lebih taqwa dan lebih berilmu, maka belajarmu meraih barokah yang banyak. Tapi kalau kamu berguru kepada orang yang lebih tua dari kamu usianya, tetapi tidak ada ketaqwaan dan ilmu, maka belajarmu akan membawa bencana.
          Beribadalah untuk Allah, bukan untuk selain Allah. Tinggalkan hatimu hanya untuk Allah, jangan biarkan hatimu untuk selain Allah. Sebab beramal selain Allah bisa kufur. Membiarkan hati untuk selain Allah Riya'. Siapa pun yang tidak mengenal ini dan beramal untuk selain ini dia berada dalam kesesatan, tanpa disadari maut telah menjemputnya. 
          Hati-hati kalian. Kalianharus sampai kepada Tuhan kalian. Putuskan hatimu dari selainNya. Sebagaimana sabda Nabi SAW "Berwushullah pada orang yang berada diantara dirimu dan Tuhanmu, kalian semua akan bagahia..."
          Beradalah bersama shaf orang yang diantara dirimu dan Tuhanmu, melalui perlindungan hati orang-orang sholeh.
          Anak-anak sekalian. Jika anda temui dirimu, di hatimu, masih suka membedakan antara orang miskin dan orang kaya, maka kalian tidak akan bahagia. Muliakan orang fakir dengan kesabaran mereka, dan ambillah berkah dari mereka, bertemu mereka dan bermajlis dengan mereka. Nabi SAW, bersabda "Kaum fakir adalah para penyebar, merekalah kaum majlis Ar-Rahman di hari kiamat".
          Saat ini mereka bermajlis dengan Allah melalui hatinya, besok mereka dengan jasadnya. Para fakir adalah mereka yang hatinya zuhud dengan dunia, dan mereka memilih kefakiran dibanding kemewahan, mereka bersabar dengan kenyataan itu. Ketika telah sempurna mereka dilamar oleh akhirat. Ketika bertemu akhirat mereka melihat bahwa akhirat ternyata bukan Tuhan mereka, lalu mereka berpindah dari akhirat, lalu mereka lari karena malu kepada Tuhannya Yang Maha Agung dan Mulia. Bagaimana tidak? Kenapa harus bermukim pada selain Allah? Akhiratnya mereka bertemu dengan Sang Pencipta dan bermesraan denganNya, lalu menyerahkan semua perbuatannya padaNya, dan seluruh kebajikan dan kepatuhan, lalu mereka terbang dengan sayap-sayap kebenaran jiwanya menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka terbang menuju yang mewujudkan mereka, mencari Ar-Rafiiqul A'la (Allah Yang Maha Asih lagi Luhur). Meraih yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzohir dan Maha Bathin sampai pada cakrawala kedekatan, sehingga mereka menjadi golongan yang disebut Allah Azza wa-Jalla : "Dan Mereka Sesungguhnya, di sisi Kami, Termasuk orang -orang yang sangat terpilih".
          Hati mereka, hasrat mereka dan makna mereka hanya pada Kami. Lubuk jiwa paling dalam, hanya bagi Kami.
          Jika para Sufi sudah sempurna, mereka tidak sama sekali tergoda oleh dunia dan akhirat. Langit dan bumi dan diantara langi dan bumi telah terlipat oleh hati, rahasia hati yang telah menfanakan mereka dari selain Allah dan mempertemukan Allah SWT. Kalau saja mereka ada di dunia, tetap dikembalikan pada sikap manusiawinya, demi memenuhi bagian takdir mereka, agar ilmu dan Qodlo-QodarNya tidak diganti, sehingga mereka memeperbaiki adab bersama Ilmunya Allah, Qodlo dan QodarNya. Dan mereka meraih apa yang diberikan Allah melalui jejak Zuhud, bukan dengan Nafsu dan Hawa, atau pun hasrat. Karena itu pula aturan hukum dzohir tetap terjaga bagi mereka dalam segala perilakunya. Mereka tidak pernah bakhirl kepada sesama. Kalau diberi merurahan di dunia, semuanya untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta'ala, tak sebesar atom pun di hatinya ada sisa dunia.
          Kalu kalian masih bersama dunia, kalian tak dapakan akhirat. Dan selama masih dengan akhirat kalian tak dapatkan Allah Ta'ala. Jadilah kalian sebagai pelaksana tugas Ilahi. Jangan bodoh lagi! Jangan sampai kalian tergolong orang yang disesatkan dari pengetahuan kebenaran.
          Diantara caramu bertemu Allah, temuilah orang-orang miskin melalui hartamu. Karena sedakah itu bekerjasama denga Allah Ta'ala Yang Maha Kaya dan Murah. Apakah ada yang rugi kalau bekerjasama dengan Yang Maha Kaya dan Maha Murah? Nafkahkanlah demi wajah Allah Sebiji atom yang kau nafkahkan demi Allah, akan kau dapatkan segunung balasan dariNya. Setetes yang kau nafkahkan, selautan yang diberikanNya, didunia dan di akhirat akan kau raih semuanya, pahala dan balasanNya.
          Anak-anak...kalau kau beramal untuk Allah, bersihlah tanamanmu, mengalirlah sungai-sungaimu, rimbun, ranum dan subur tanamanmu.
          Perintahkan kabaikan, cegalah kemungkaran dan tolonglah agama Allah Azza wa-Jalla. Hadiahkan semua di dalamnya dengan benar. Siapa bersedekah dalam kebaikan akan abadi sedekahnya, baik dalam sunyi, sendiri, terang-terangan, suka maupun duka, musim semi maupun kemarau. Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk. Kalau kalian memang bersama sesama makhluk, sunyikan hatimu bersama Allah Ta'ala, Allah akan melimpahkan ilmahNya untuk dirimu kemana arah yang harus kau raih hajatmu. Kalau kalian mendapatkan rizki itu bukan dari mereka tatapi dari Allah SWT.
          Orang-orang sufi mengeluarkan kepentingan hasrat reskinya dari hati mereka, karena mereka tahu kadar dan bagian dariNya, lalu mereka tidak berambisi dan bernafsu mencarinya, lalu hatinya bersemayam pada Sang Pemilik semuanya. Mereka merasa cukup dengan anugrah Allah Ta'ala, atas Maha DekatNya dan PengetahuanNya. Jika sudah sempurna perilaku perjalanannya mereka menghadap arah makhluk lain, dan memberikan pencerahan pada mereka agar menuju kepada Sang Maha Diraja, dimana mereka menata hati ummat untuk dekat kepadaNya, demi diterimanya mereka dan Ridlo dariNya.
          Diantara para Sufi-semoga Allah merahmati-berkata, "Hamba Allah yang sesungguhnya adalah mereka yang ibadahnya benar-benar hanya bagi Allah, sama sekali tidak pernah mencari ganti dunia dan akhirat. Dia hanya mencariNya, bukan lainNya".
          Ya Allah, tunjukkan semua makhluk menuju pintuMu. Inilah permohonankau selamanya dan sepenuhnya terserah Engkau.
          Ini doa umum yang kupanjatkan padaNya. Adapun Allah Azza wa-Jalla berbuat sekehendakNya bagi makhlukNya. Jika hati telah benar, maka rahmat dan rasa asih akan melimpah ke sesama. 
           Seorang Sufi berkata, "Tak ada orang yang berbuat kebajikan begitu banyak dan tidak meninggalkan dosa, kecuali para Shiddiqun. Kaum Shiddiqun menginggalkan dosa besar dan kecil, kemudian mejaga wara'nya dari kesenangan syahwat, meninggalkan hal-hal yang dibolehkan tetapi masih kabur, dan hanya mencari halal yang mutlak (benar-benar halal). Kaum Shiddiqun siang dan malamnya full ibadah, mereka robohkan kebiasaan watak manusiawi, dan meraih rizki melimpah tak terhingga. Jiwanya jernih dan bersih. Ia tetap bersabar ketika terhalang keinginannya, ketika tujuannya gagal.
          Coba bayangkan, dia berdoa tapi tidak diijabah, dia memohon tapi tidak diberi, dia mengadu, tapi bertambah aduannya, dia mencari jalan keluar tapi tidak menemukan, dia mendekat tetapi tidak tahu apakah Dia dekat dengannya, seakan-akan dia tak beriman dan tak bartauhid. Dan semau itu dilakukan dengan penuh kesabaran, karena ida hanya tahu bahwa kesabarannya itulah jadi obat bagi kejernihan jiwanya, bagi pendekatan kepadaNya. Semua kebaikan akan tiba seteleh perjuangannya itu. Maka disinilah bedanya orang beriman dan orang munafik, orang bertauhid dan orang musyrik, orang yang ikhlas dan orang pamer, orang yang berani dan orang penakut, orang yang kokoh dan skeptik, orang yang sabar dan orang emosional, orang yang benar dan orang yang bathil, orang yang jujur dan orang dusta, orang pencinta dan pemberang, pengikut sunnah dan pengitu bid'ah.
          Dengarkan ucapan mereka "Jadilah didunia ini seperti orang yang terluka dan sabar atas obat yang dituangkan demi menghilangkan rasa sakitnya.
         Semua yang ada didunia adalah cobaan dan bencana ketika anda bersama makhluk. Mereka memandang dalam bencana manfaat, anugrah an kegagalan. Semua obat, dan hilangnya baik justru ketika hatimu keluar dari makhluk dan tekadmu hanya pada ketentuan takdir. Janganlah anda berambisi menjadi pemuka diantara mereka, dan hendaklah hatimu hanya bersama Tuhanmu Azza wa-Jalla, sirrmu jernih bersamaNya, hasratmu hanya menuju kepadaNya. Jika nyata bagimu seperti itu maka hatimu membumbung dibarisan para Nabi dan Rasul, Syuhada' dan Sholihin, serta Malaikat Muwarrabin. Jika langgeng konsistensimu, engaku akan besar, agung, tinggi, membumbung, dan semua kembali kepadamu. Allah melimpahkan apa yang dilimpahkanNya, memberikan apa yang diberikanNYa. Sungguh rugi orang yang tuli dari ucapan ini'.
          Wahai orang yang sibuk dengan kehidupannya, jauh dari merasa cukup bersamaku, sedangkan laba ada padaku, riasan akhirat pada diriku. Aku mengundang sekali lagi, mengumumkan sekali lagi, kenapa kalian mesih menengok selain Diriku? Aku telah memberikan segalanya. Jika berhasil meraih akhirat padakau, aku tidak makan sendiri, karena orang dermawan tidak pernah makan sendiri. Jadilah kalian orang yang melihat kemurahan Ilahi, dan anda tidak pernah melihat diriku bakhil bukan? Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla,  selainNya terasa hina. Kebakhilan itu dari ego nafsu, sedangkan nafsu si Arif telah mati jika disandarkan pada nafsu makhluk. Nafsu arif muthmainnah pada janji Allah Azza wa-Jalla, takut dengan ancamanNya.
          Ya Tuhan, limpahilah rizki pada kami sebagaimana Engkau limpahkan rizki pada kaum Sufi. Dan berikanlah kepada kami kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka".
*****

referesi : Cahaya Sufi Oktober2005, hal 05 s.d 13

Syeikh Abdul Qadir al-Jilany (part 1)

Mengikuti Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany
Hari Ahad tanggal 9 Dzul Qa'idah tahun 555 H. dipesantrennya.

Sudahkah Engkau Pasrahkan Jiwamu Pada Allah?

          Orang beriman itu meraih bekal, sedangkan orang kafir itu menikmati. Orang beriman meraih bekal, karena itu dia berada diperjalanan, lalu menerima sedikit saja dari hartanya, dengan lebih mengedepankan  pada akhirat yang lebih besar. Ia membirkan dirinya dengan sekedar bekal seorang penempuh perjalanan, karena semua hartanya untuk akhirat. Hati dan cintanya di akhirat sana.
         Hatinya memutuskan untuk menetap diakhirat, bukan menetap di dunia dan penghuninya. Kalau ia dapat makan yang baik, ia prioritaskan makanan itu untuk orang fakir, karena ia tahu bahwa di akhirat ada makanan lebih baik dari itu semua. Tujuan utama orang beriman yang 'arif dan 'alim adalah mendekati Pintu Allah Azza wa-Jallah.
           Dengan hatinya ia ingin mendekati-Nya didunia sebelum sampai di akhirat. Mendekati dengan hatinya adalah tujuan perjelanannya.
           Aku melihat anda ketika berdiri, ruku', sujud, bangun malam, berpayah-payah, sementara hatimu terus menerus tidak pernah meninggalkan tempat, tidak keluar dari rumah WujudNya, dan tidak bergerak dari tradisiNya. Carilah Tuhanmu dengan cara yang benar, karena bukan bersusah payah itu yang disebut dengan cara yang benar. Lubangi dirimua dengan alat pelubang kebenaranmu. Buanglah tali pengikatmu dengan makhluk dengan tali keikhlasan dan tauhidmu untuk meraih segalanya degan tangan zuhudmu di dalamnya. Lemparkan hatimu sampai ke pantai lautan kedekatan dengan Tuhanmu Azza wa-Jalla. Pada saat itu akan datang kepadamu kapal pertolongan yang meraihmu menuju Allah Azza wa-Jalla.
         Dunia ini adalah lautan, dan imanmu adalah kapal. Disinilah Luqman Al-Hakim ra, berkata, "Wahai anakku, dunia adalah lautan, dan iman adalah kapal, angin yang menjalankan perahunya adalah keta'atan, dan benua adalah akhirat."
          Wahai orang-orang yang terus menerus bermaksiat, dalam waktu dekat kamu akan buta, tuli, lumpuh dan miskin. Kerasnya hati para makhluk akan merampas hartamu penuh kerugian. Berfikirlah, kembalikan pada Tuhanmu Azza wa-Jalla. Jangan sampai kamu musyrik karena hartamu, dan kalian mengandalkan  hartamu itu. Renungkanlah datangnya maut. Minimalkan ambisi duniawimu, pendek dan potonglah angan-khayalanmu. Sebagaimana Abu Yazid al-Bisthamy ra, berkata, "Orang mukmin yang arif sama sekali tidak menuntut Allah, bukan tuntutan dunia, bukan pula tuntutan akhirat. Ia hanya meminta dari TuhanNya."
        Anak-anak, kembalilah pada Tuhanmu dengan hatimu. Orang yang bertobat adalah yang kembali kepada Allah Azza wa-Jalla, sebagaimana firmanNya : "Kembalilah Kepada Tuhanmu..."
      Kembalilah, maka kalian serahkan semuja kepadaNya, serahkan jiwamu, lemparkan dirimu di hadapanNya, pada Rencana, Takdir dan perintahNya, larangan dan kehendakNya. Lemparkan hatimu tanpa kata-katamu, tanpa tangan dan kakimu, tanpa mata, tanpa "bagaimana", tanpa "kenapa", tanpa kontra dan tanpa berbeda. Tetapi dengan keselarasan dan kejujuran, dengan ucapan yang benar, dengan perintah yang benar, dengan takdir yang benar, dan engkau dapatkan kehendak yang benar. Kalau kamu seperti itu, pasti hatimu akan kembali dengan musyahadah kepadaNya. Jangan bersenang dengan sesuatu, tetapi hati-hati dengan sesuatu itu, sesuatu mulai di bawah Arasy sampai bintang tsuraya. Cepatlah lari dari semua makhluk itu, sampai tak tersisa di hatimu. Beradab dengan para syeikh tidak baik kecuali pada orang yang telah berkhidmah demi keselamatan makhluk. Lihatlah perilaku mereka bersama Allah Azza wa-Jalla.
          Banyak orang yang membikin pujian dan cacian seperti hujan dan kemarau, malam dan siang, keduanya silih berganti, dipandang semuanya dari Allah Azza wa-Jalla, karena semua itu takdir Allah Azza wa-Jalla. Ketika sudah benar-benar nyata di mata mereka, mereka pun tidak menghiraukan pujian orang memuja dan tidak lari dari cacian apra pencaci. Karena hati mereka telah keluar dari kecintaan terhadap makhluk maupun kebencian mereka. Justru mereka merasa kasihan sekali dengan para makhluk itu.
             Jangan sampai kalian disesatkan oleh ilmu, yang membuat anda tersesat. Anda Sholat dan puasa demi makhluk, sampai para makhluk itu merasa tunduk padamu, menyerakan hartanya padamu, memuji anda dirumah-rumah mereka dan di majlis-majlis mereka, dan anda merasa berhasil karena makhluk-makhluk itu. Jika maut menjemputmu, siksa mendatangimu, kesusahan dan penderitaan yang menghalangi dirimu dengan mereka, padahal tak satupun  yang bisa menolong dirimu, dan harta yang kalian raih dari mereka itu dirampas orang lain, sementara siksa dan hisap menantimu, sungguh wahai mahrum, anda dapatkan semua di dunia, tapi anda dapatkan semua siksa di akhirat esok.
              Ahli ibadah adalah para wali, dan para abdal yang mukhlis sangat dekat dengan Allah Azza wa-Jalla. Para ulama yang mengamalkan ilmunya adalah pengganti Allah di bumiNya, menjadi utusanNya, mewarisi para NabiNya dan RasulNya. Bukan kalian wahai orang yang di sibukkan oleh retorika, bukan kalian yang religius-formalis sementara batin anda bodoh.
         Apa yang anda dapatkan? Islam? Islam anda tidak benar! Pada hal dasar Islam itu Shahadat. Sementara hatimu tidak bersyahadat. Kalian berucapTiada Tuhan Selain Allah, tetapi anda dusta. Di hatimu terkumpul berhala-berhala ketakutanmu pada penguasamu, lalu menjadi sesembahan hatimu yang menjubli jiwambu.
            Prinsip mengandalkan karyamu, labamu, upayamu, penghlihatanmu, pendengaranmu, penglihatanmu, pukulanmu, adalah berhala-berhala. Pandanganmu bahwa manfaat, bencana, anugrah, hambatan, kamu anggap dari makhlulk, adalah berhala-berhala. Betapa banyak orang menyebutkan semua ini  dengan ucapannya, lalu mereka memamerkan, menampakkan seakan-akan mereka ini ahli tawakkal pada Allah Azza wa-Jalla, justru dzikir mereka hanya di lisan, bukan sampai di hatinya. Mereka begitu bangga dengan stylenya, dan mereka katakan, "Nah, begini ini...inilah...bukankah kami ini muslim? besok diakhirat akan tampak jelas cacat mental mereka,  dan jelas keburukannya.
              Hai Celaka! Anda mengokohkan dalam ucapan "Tiada Tuhan....." Dengan menafikan semuanya, dan "Kecuali Allah...." sebagai penetan total padaNya, bukan selainNya. Lalu kenapa masih ada sisa waktu bagi hatimu untuk mengandalkan yang lain selain Allah Azza wa-Jalla? Anda bohong besar! Ternyata anda punya berhala yang anda andalkan? Padahal hati adealah yang beriman, yang menyatu, yang mukhlish, yang taqwa, yang wara', yang zahid, yang meyakini, yang mengenal, yang mengamalkan. Hatimulah pemimpin, yang lain hanya pasukan. Kalau kamu mengucapkan Laailaaha Illallah, haruslah hatimua dulu baru lisanmu. Pasrahkan PadaNya, gantungkan padaNya, bukan pada lainNya.
            Biarkan lahirmu sibuk dengan aturan hukum, tetapi hatimu harus bersama Allah Azza wa-Jalla. Biarkan dzohirmu menghadapi kebajikan dan kejahatan, tetapi hatimua harus sibuk bersama pencipta kebajikan dan kejahatan. Yang mengenalNya, akan sampai kepadaNya. Semua ucapan ada dihadiratNya. Tawadlu'lah padaNya dan hamba-hambaNya kesedihan, tangisan, ketakutan dan rasa hinamu, rasa malumu, penyesalanmu atas keteledoranmu karena hilangnya ma'rifat dan pengetahuan serta kedekatan denganNya. "Allah yang bertindak apa yang dikehendakiNya, tidak akan ditanya apa yang dilakukanNya, dan mereka justru yang ditanya (apa yang mereka lakukan)".
             Renungkan apa yang kurang, yang teledor, yang bodoh, yang terlempar, yang bodoh, yang terlempar, yang bakal menimpanya, dan lihatlah kemasa depan yang dihadapinya, apakah ia diterima atau ditolak oleh Allah SWT, apakah ia diberangus, apakah kelak di hari kiamat bersama orang yang beriman atau bersama orang-orang kafir. Nabi SAW saja bersabda : " Akulah yang paling ma'rifat kepada Allah, dan paling takut kepadaNya ".
            Diantara jumlah kecil para arifin, ada yang membaca apa arifin, ada yang membaca apa yang ada di Lauhul Mahfudz, lalu ia merenungkan di hatinya, dan Allah memerintahkan untuk menyembunyikannya, tidak menampakkan melalui nafsunya, dengan tetap berislam, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya, sabar atas bencana, dan Zuhud dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla. Sama bagi mereka antara debu dan emas, antara pujian dan cacian, antara pemberian dan halangan, antara nikmat dan derita, antara kaya dan miskin, antara ada dan tiadanya sesam makhluk. Kalau sudah sempurna semua itu Allah dibelakang mereka secara total, baru kemudian Allah memberikan stempel dengan kepemimpinan ruhani dan kewalian atas makhluk. Setiap orang yang memandangnya senantiasa meraih manfaat karena Kharisma Ilahi dan cahayaNya yang membias padanya.
              Ya Tuhan Kami, berikanlah kami di dunia kebajikan, dan di akhirat kebajikan, dan lindungilah kami dari siksa neraka.
*****

referensi : Cahaya Sufi november 2005, hal 05 s.d 11